Random

Engga Penting

Hai, aku lagi.

Jangan bosan denganku. Selama proses penyusunan laporan skripsi ini mungkin aku akan sering mengunjungimu. Penat euy. Nyatanya aku memang lebih suka bercerita padamu daripada menulis laporan. Lebih nyaman (eaak), simpel, dan tanpa revisi tentunya.

Oke, sudah cukup bermonolognya.

Kali ini saya akan menumpahkan kegregetan saya pada berita yang booming beberapa hari lalu. Maapkeun telat, awalnya gak minat buat ngebahas ini sih. Karena terlalu banyak kasus yang menyebalkan yang terjadi di sekitar kita, akhir-akhir ini saya jadi agak males buat ngikutin secara detail satu-satu. Kalo semuanya dibaperin dan dikepoin, kayaknya penyakit jantung gak akan jauh-jauh sih.

Oke, jadi ini tentang guru yang diadili dengan ketidak-adilan. Dari beberapa sumber (remember: just several source) yang saya baca, isinya sama: Guru diadili karena diduga melakukan suatu tindakan  kekerasan  untuk mendidik muridnya yang memang bandel adanya. Haha, sepertinya tulisan ini akan amat sangat berat sebelah.

Ya Allah, dicubit doang pake’ lapor polisi. Bayi juga kalo dicubit mereka gak sampe’ lapor polisi tuh, apalagi kalo alasan nyubitnya karena gemes. Lah ini?? Victim mentality banget loh ini. Pake’ pamer bekas cubitan segala. Bangga gitu? Padahal ya adek manis (-.-), dengan kamu bertingkah kayak gitu semua orang jadi tau kalo’ kamu itu lemah. Jadinya pada ngebully kamu kan? Kasiaaan… (pukpukpuk).

Adanya kasus ini mengingatkan saya pada alm. bapak, sebenarnya. Tahu kan gimana macemnya guru jaman dulu? G A L A K. Peringatan berupa fisik (kalau memang diperlukan) bukan hal tabu kala itu. Murid dan walinya juga paham kalau itu bukan bentuk kekerasan yang patut dilaporkan ke pihak berwajib. Toh guru juga engga akan mungkin nyuruh muridnya minum bensin terus nyalain korek kan? Jadi ya alhamdulillah bapak (dan guru-guru jaman baheula lainnya) engga sampe’ dibawa ke pengadilan, apalagi sampe’ dipenjara.

Kalo’ lihat berita-berita saat ini kadang bingung mau ngomong dan komentar apalagi. Sekarang itu sesuatu yang seharusnya benar kadang malah jadi abu-abu atau bahkan gelap tak terlihat. Ya entahlah ya karena faktor harta, tahta, atau yang lainnya. Jadi ya siap-siap aja sih buat generasi muda (yang masih waras tentunya) buat menghadapi kehidupan yang tak terduga nantinya. Mungkin kita akan menghadapi era kebalikan (inspired by Spongebob).

ps: Siapkan diri jadi orangtua yang cerdas dan pinter buat ngedidik anak. Siapa tahu beberapa tahun ke depan profesi guru sepi peminat.

Leave a comment